Bank Indonesia Prediksi Perekonomian Sumut Tahun 2021 Menguat

Bank Indonesia Prediksi Perekonomian Sumut Tahun 2021 Menguat

Bank Indonesia memprediksi perekonomian Sumut 2021  menguat seiring dengan pulihnya ekonomi.

 

Perkembangan vaksin menjadi kunci berlanjutnya recovery pertumbuhan ekonomi ini.

 

“Pemulihan ekonomi didorong oleh kenaikan permintaan domestik dan eksternal. Ekspor diprediksi meningkat didorong oleh membaiknya aktivitas industri hilir di negara tujuan utama sejalan dengan vaksinasi di berbagai negara yang berlangsung cepat,” kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara (BI Sumut) Soekowardojo, Minggu (31/1/2021).

 

Dikatakannya, percepatan pembangunan pemerintah dan swasta yang sempat melambat atau tertunda di tahun 2020 diperkirakan akan mendorong perbaikan investasi.

 

Berbagai langkah penanganan Covid-19 yang dilakukan pemerintah baik dari sisi kesehatan maupun pemulihan ekonomi diprediksi mendorong konsumsi pemerintah.

 

“Industri karet pun berpeluang pulih seiring prospek apresiasi harga karet dunia. Trading Economics memprakirakan rerata harga karet dunia pada 2021 akan lebih tinggi dibanding 2020, ditopang upaya pemulihan ekonomi dunia meskipun masih dibayangi dengan risiko lockdown akibat kemunculan varian baru Virus Corona, khususnya di Eropa,” tuturnya.

 

Di sisi lain, setelah mencatat apresiasi sepanjang 2020, harga CPO diprakirakan akan kembali normal pada 2021 menuju kisaran 3.000 MYR/ton seiring upaya pemulihan ekonomi dan industri sawit Malaysia.

 

Sejalan dengan itu, harga biji kopi yang berfluktuasi tinggi sepanjang 2020 diprakirakan akan menurun pada 2021, meskipun secara rerata relatif stabil dibanding rerata harga kopi pada 2020.

 

Dari sisi inflasi Sumut 2021, juga diperkirakan meningkat yang didorong mulai pulihnya kegiatan ekonomi masyarakat akibat kondisi pandemi yang membaik.

 

“Daya beli masyarakat diprakirakan membaik karena lapangan kerja yang kembali normal dan kapasitas produksi yang berangsur menuju optimal. Prakiraan ini sebaiknya perlu menjadi perhatian kita semua, sehingga kebijakan pengendalian inflasi yang ditempuh akan terus refocusing pada kegiatan 4K,” katanya.

 

Dirinya mengatakan hingga saat ini ekonomi Sumut terpantau mulai membaik sejalan dengan pemulihan ekonomi nasional. Pertumbuhan ekonomi Sumut pada triwulan III 2020 tercatat -2,60% (yoy), sedikit membaik dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi -2,66% (yoy), dan lebih baik dibandingkan nasional (-3,49%, yoy) meski dibawah Sumatera (-2,2%, yoy).

 

“Secara spasial, Sumut juga masih lebih baik dari beberapa provinsi lain di Sumatera yang terkontraksi cukup dalam seperti di Kepri, Babel dan Sumbar. Momentum pemulihan ekonomi pada triwulan III 2020, juga tercermin oleh perkembangan ekonomi secara triwulanan yang meningkat tajam menjadi 3,13% (qtq) dari triwulan sebelumnya yang terkontraksi hingga -5,00% (qtq),” katanya.

 

Namun, secara kumulatif (c-t-c), pertumbuhan ekonomi Sumut terkontraksi hingga -0,3% imbas pandemi. Memasuki triwulan IV 2020, konsumsi rumah tangga tercatat mulai pulih ditopang oleh perkembangan kasus konfirmasi Covid-19 sampai dengan akhir Desember yang cenderung lebih landai dibandingkan triwulan III 2020.

 

“Kegiatan belanja masyarakat mulai meningkat terkonfirmasi oleh pergerakan google mobility report untuk retail, grocery serta kenaikan transaksi e-commerce,” katanya.

 

Dari sisi pendapatan masyarakat juga mulai membaik sejalan dengan kembali bekerjanya tenaga kerja terdampak. Perbaikan konsumsi rumah tangga juga turut ditopang oleh pencairan insentif dari program jaring pengaman sosial dari pemerintah namun masih terdapat tendensi precautionary savings di tengah masyarakat tercermin dari kenaikan pertumbuhan DPK perseorangan terutama untuk tabungan dan giro.

 

“Pemulihan ekonomi kita perkirakan terus berlanjut hingga triwulan IV 2020. Secara keseluruhan tahun 2020, ekonomi Sumut akan lebih rendah dari tahun sebelumnya akibat pandemi,” katanya.

 

Dikatakannya, pemulihan ekonomi diharakan terus berlanjut hingga tahun 2021 dengan mengupayakan sinergi melalui satu prasyarat dan lima strategi respon kebijakan.

 

Salah satu prasyarat tersebut adalah  penanganan kesehatan melalui vaksinasi dan disiplin protokol Covid untuk pemulihan ekonomi ke depan.

 

“Kemudian, lima strategi respon kebijakan yang perlu terus diperkuat tersebut diantaranya, pembukaan sektor produktif dan aman, percepatan stimulus fiskal (realisasi anggaran), peningkatan kredit dari sisi permintaan dan penawaran, stimulus moneter dan kebijakan makroprudensial serta digitalisasi ekonomi dan keuangan, khususnya UMKM,” pungkasnya.

 

(Admin)

social position

Share this post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *