Perajin Tahu Tempe Berharap Impor Kedelai Dipegang Bulog
Harga kedelai impor di Medan melonjak drastis dari harga Rp7.000 menjadi Rp9.000 di awal Januari 2021. Akibat kenaikan harga yang tidak stabil tersebut, perajin tempe dan tahu berharap impor kedelai dikendalikan oleh Perusahaan Umum (Perum) Bulog.
“Kalau bisa, ke depannya [impor] kedelai ini dipegang pemerintah sepenuhnya. Dari dulu katanya mau dipegang Bulog, gak jadi. Kalau sekarang kan dipegang swasta,” kata perajin sekaligus pemilik pabrik tahu UD Anugrah Cipta Nusantara Jonathan Silitonga, Selasa (9/1/2021).
Menurutnya, dengan campur tangan bulog, harga kedelai stabilitas harga dan kualitas kedelai dapat dikendalikan.
Selain itu, Jonathan menyatakan saat ini kualitas kedelai yang masuk ke Sumatra Utara tergolong rendah. Hal tersebut diduga akibat adanya intervensi importir swasta terhadap produsen.
“Udah harga mahal, kualitas bahan baku berkurang. Kalau swasta yang pegang mereka kan gak ada standard. Dia bisa aja bilang ke sana [Amerika] kualitas barangku gak usah bagus kali, yang penting aku bisa dapat uang,” tambah Jonathan.
Hal senada juga disampaikan pemilik pabrik tahu dan tempe Lilis. Pemilik pabrik yang terletak di Jalan Flamboyan ini mengharapkan campur tangan pemerintah agar harga kedelai kembali normal.
“Dinormalkanlah harganya biar penjualannya enak. Semua pasti mengeluh karena gaji karyawan tidak bisa turun dan pendapatan bekurang,” kata Lilis, Selasa (19/1/2021).
Meskipun harga kedelai mengalami kenaikan, Lilis mengaku harga jual ke pasar tidak berubah. Oleh karenanya, harus mengurangi ukuran potongan tahu dan tempe yang diproduksi agar bisa menutupi biaya produksi dengan harga tetap bersaing.
Diwawancara terpisah, Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Disperindag Sumut Barita Sihite mengakui terjadi hambatan pengiriman keledai dari Argentina menuju Sumut. Beberapa perusahaan importir kedelai di Sumut belum menerima impor kedelai untuk bulan Januari.
Kata Barita, untuk bulan Januari ada stok sebanyak 7000 ton kedelai yang terletak di gudang milik tiga perusahaan importir kedelai di Sumut. Sementara, kebutuhan kedelai di Sumut sendiri mencapai 12.000 ton.
Untuk mengantisipasi kelangkaan dan permainan harga kedelai, Barita menyatakan seharusnya Sumut bisa memproduksi kedelai sendiri.
“Kita butuh meningkatkan produksi dalam negeri. Sekarang kita kedelai ini sangat tergantung (impor) padahal ini kebutuhan pokok. Setiap rumah tangga pasti makan tahu dan tempe,” kata Barita, Selasa (12/1/2021).
(Admin)
Leave a Reply